Saya bingung dengan kepengurusan PSSI, mengapa mereka memecat Alfred Riedl. Padahal menurut saya pribadi, Semenjak Alfred menjabat sebagai pelatih prestasi Timnas semakin meningkat dan sempat menimbulkan Euforia bagi warga Indonesia saat Piala AFF 2010. Tapi di balik itu semua ternyata Alfred Riedl sangat mencintai Indonesia. Berikut pernyataannya.
"Saya cinta negeri ini, saya suka orang-orang di sini, mereka menyenangkan. Saya juga suka pemain Indonesia. Saya punya banyak kenangan manis di negeri ini," ujar Alfred Riedl, pelatih kepala timnas Indonesia yang dipecat oleh PSSI, ketika bertemu dengan wartawan di Amadeus Cafe, Plaza FX, Jl Sudirman, Jakarta, Jumat (15/7).
Komentar Riedl itu keluar saat ditanya soal kesan-kesannya melatih Indonesia. Usai Riedl mengucapkan hal tersebut, belasan wartawan spontan bertepuk tangan.
Suasana jumpa pers petang itu bisa dibilang cukup emosional. Seperti kita semua tahu, saat membesut timnas di Piala AFF pada Desember 2010 lalu, penggila bola bahkan rakyat Indonesia dibuat bereuforia dengan penampilan Firman Utina dkk.
Sudah lama kita tidak melihat permainan timnas yang menyerang dan menghibur. Di bawah asuhan Riedl, timnas seperti akan menjadi juara, meski akhirnya kandas. Riedl juga menunjukkan ketegasannya dengan mencoret Boaz Salossa, salah satu penyerang terbaik di negara ini. Alasan kedisiplinan Boaz disebut-sebut menjadi penyebabnya.
Riedl juga pernah menolak media yang ingin mewawancarai pemain usai berlatih karena dianggap mengganggu konsentrasi. Tak hanya itu, Riedl mampu menangani tekanan-tekanan non teknis saat melatih timnas di Piala AFF 2010.
Meski didepak secara tidak beretika, Ia mengaku tidak menyimpan dendam kepada orang Indonesia, pengurus PSSI di era Nurdin Halid dan di bawah kepemimpinan Djohar Arifin Husin yang memecatnya.
"Saya datang baik-baik ke sini. Pergi pun juga harus dengan baik-baik. Semoga PSSI juga begitu ke saya," imbuhnya.
Pria kelahiran Wina, 2 November 1949 itu menerima keputusan PSSI yang memecatnya. Meski ia heran dengan keputusan tersebut. Apalagi hingga Jumat (15/7), tidak ada satupun pengurus PSSI yang memberitahu dirinya soal keputusan pemecatan.
"Dalam sepak bola pergantian pelatih biasa. Tapi kalau mereka (PSSI-red) bilang tidak menemukan kontrak dengan saya, itu aneh. Saya dikontrak secara sah dengan PSSI, bukan dengan individu ke individu," cetusnya.
"Keputusan ini tetap aneh bagi saya. Ada empat staf pelatih. Tapi saya dan Pikal (asisten pelatih-red) yang ditendang. Sedangkan sisanya, Widodo dan Edy (Harto-pelatih kiper) tidak. Kalau saya saja dipecat tak masalah, tapi kenapa Pikal juga? Dia pelatih bagus kok," ujarnya lagi.
Riedl menambahkan bahwa tidak mungkin baginya meneken kontrak secara personal. Karena jika ada masalah di kemudian hari, ia tak akan bisa melakukan langkah hukum, misal menggugat ke FIFA.
Pria Austria berusia 61 tahun itu mengungkapkan kalau kontrak kerjanya dengan PSSI diteken oleh Nirwan Bakrie, waktu itu wakil ketua umum dan Nugraha Besoes, Sekjen PSSI di era kepengurusan Nurdin Halid.
"Ada stempel resmi PSSI,' urainya.
Saat ditanya mana kontrak yang ia pegang, Riedl menjawab: "Ada di safety box di bank. Tak mungkin lah saya bawa-bawa, tidak aman dan terlalu beresiko."
Pria yang berhasil membawa Vietnam lolos ke perempat final Piala Asia 2007 dan membawa Laos masuk final SEA Games 2009 tersebut pun meminta sisa haknya dibayar oleh PSSI. Berapa besarnya?
"Saya tidak ingat, detilnya ada di dalam kontrak. Tapi jumlahnya cukup banyak," tandasnya.
Komentar Riedl itu keluar saat ditanya soal kesan-kesannya melatih Indonesia. Usai Riedl mengucapkan hal tersebut, belasan wartawan spontan bertepuk tangan.
Suasana jumpa pers petang itu bisa dibilang cukup emosional. Seperti kita semua tahu, saat membesut timnas di Piala AFF pada Desember 2010 lalu, penggila bola bahkan rakyat Indonesia dibuat bereuforia dengan penampilan Firman Utina dkk.
Sudah lama kita tidak melihat permainan timnas yang menyerang dan menghibur. Di bawah asuhan Riedl, timnas seperti akan menjadi juara, meski akhirnya kandas. Riedl juga menunjukkan ketegasannya dengan mencoret Boaz Salossa, salah satu penyerang terbaik di negara ini. Alasan kedisiplinan Boaz disebut-sebut menjadi penyebabnya.
Riedl juga pernah menolak media yang ingin mewawancarai pemain usai berlatih karena dianggap mengganggu konsentrasi. Tak hanya itu, Riedl mampu menangani tekanan-tekanan non teknis saat melatih timnas di Piala AFF 2010.
Meski didepak secara tidak beretika, Ia mengaku tidak menyimpan dendam kepada orang Indonesia, pengurus PSSI di era Nurdin Halid dan di bawah kepemimpinan Djohar Arifin Husin yang memecatnya.
"Saya datang baik-baik ke sini. Pergi pun juga harus dengan baik-baik. Semoga PSSI juga begitu ke saya," imbuhnya.
Pria kelahiran Wina, 2 November 1949 itu menerima keputusan PSSI yang memecatnya. Meski ia heran dengan keputusan tersebut. Apalagi hingga Jumat (15/7), tidak ada satupun pengurus PSSI yang memberitahu dirinya soal keputusan pemecatan.
"Dalam sepak bola pergantian pelatih biasa. Tapi kalau mereka (PSSI-red) bilang tidak menemukan kontrak dengan saya, itu aneh. Saya dikontrak secara sah dengan PSSI, bukan dengan individu ke individu," cetusnya.
"Keputusan ini tetap aneh bagi saya. Ada empat staf pelatih. Tapi saya dan Pikal (asisten pelatih-red) yang ditendang. Sedangkan sisanya, Widodo dan Edy (Harto-pelatih kiper) tidak. Kalau saya saja dipecat tak masalah, tapi kenapa Pikal juga? Dia pelatih bagus kok," ujarnya lagi.
Riedl menambahkan bahwa tidak mungkin baginya meneken kontrak secara personal. Karena jika ada masalah di kemudian hari, ia tak akan bisa melakukan langkah hukum, misal menggugat ke FIFA.
Pria Austria berusia 61 tahun itu mengungkapkan kalau kontrak kerjanya dengan PSSI diteken oleh Nirwan Bakrie, waktu itu wakil ketua umum dan Nugraha Besoes, Sekjen PSSI di era kepengurusan Nurdin Halid.
"Ada stempel resmi PSSI,' urainya.
Saat ditanya mana kontrak yang ia pegang, Riedl menjawab: "Ada di safety box di bank. Tak mungkin lah saya bawa-bawa, tidak aman dan terlalu beresiko."
Pria yang berhasil membawa Vietnam lolos ke perempat final Piala Asia 2007 dan membawa Laos masuk final SEA Games 2009 tersebut pun meminta sisa haknya dibayar oleh PSSI. Berapa besarnya?
"Saya tidak ingat, detilnya ada di dalam kontrak. Tapi jumlahnya cukup banyak," tandasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar